Social Icons

.

Wednesday 25 April 2012

Siapa Dajjal Sebenarnya…??

Dajjal  berarti “yang menutupi” sesuatu di balik fakta2. Orang2 jenis sebutan Dajjal dapat terjelaskan dengan deskripsi itu, yg berarti “para pembohong”. “Tokoh2 politik” dapat di gambarkan dengan bentuk2 yang pernah di jelaskan di dalam Al Qur’an sebagai “para pembohong”, pada ayat surat Thaha 85-91 dan 95-98, diceritakan secara lengkap tentang perbuatan yang dilakukan Samiri yang juga sebagai seorang penipu & penguji umat.”Maka, sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”

Penjelasan lengkap baca saja, tafsirnya sudah jelas, seorang seperti kepandaian politik Samiri menyebabkan perpecahan antara golongan, pada pristiwa itu Musa & Harun hampir saja berkelahi karena Musa menyangka saudaranya telah ingkar membiarkan umatnya menyembah patung anak lembu dari emas. Gambaran pristiwa yang di jelaskan itu menjelaskan kepandaian Samiri untuk memecah belah umat manusia sehingga keadaan mereka menjadi lemah karena dengan jumlah yang terpecah mereka berjumlah sedikit & menjadi tidak memiliki kekuatan dan mudah di adu domba.
Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah penegasan tentang pristiwa2 yang akan berulang terjadi pada segmen waktu peradaban-peradaban historis manusia, sebagai peringatan dan penjelas, sayang telah banyak di tinggalkan peranan ilmu yang terkandung di dalamnya hanya sebagai batasan norma, bukan kesaksian tentang suatu kecerdasan yang sangat2 jelas, coba lihat kembali makna tentang pristiwa antara Samiri, Musa & Harun, menjelaskan betapa mudahnya umat manusia untuk di propaganda dan terpecah belah dan bermusuhan akibat kepandaian politik seorang Samiri tanpa ia sendiri harus bersimbah darah, namun justru umat yang terpedaya yang bersimbah darah sementara ia selamat dan hanya di usir saja oleh Musa sebagai bukti “ujian” bagi umat manusia kelak bila ia muncul kembali dalam bentuk dimensi yang berbeda!
Lalu siapakah keturunan Samiri? Mengapa ia juga menjadi bahan perselisihan di antara kaum cerdas cerdik pandai? Padahal di Al Qur’an tentang perselisihan antara ahli kitab (kaum cerdas pandai) pun juga sudah di jelaskan sejelas-jelasnya, bahwa mereka hanya senang berselisih, namun siapa yang menyebabkan mereka berselisihpun sebenarnya juga sudah di jelaskan di dalam Al Qur’an yaitu orang2 yang memperjual belikan ayat-ayat, menyembunyikan kitab-kitab yang pernah di tulis sebelum Al Qur’an khususnya Taurat, serta perselisihan2 di dalamnya pun sudah di jelaskan di dalam Al Qur’an, dan mengapa mereka masih berselisih tentang itu? Karena mereka sombong, bahkan merasa lebih mulia di hadapan Tuhan, padahal mereka akan termakan oleh kesombongan mereka sendiri. Al Qur’an itu penjelasan yang sangat tegas dan berulang, karena pristiwa2 yang terjadi di belahan dunia akan selalu berulang, tujauan existensi perulangan itu untuk menguatkan hati manusia agar tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama! Sederhana, tapi sangat akurat, dan hanya penegas bukan cerita karangan tentang sejarah dengan perlu tidaknya seluruh detail pristiwa di jelaskan! Detail itu hanya perlu pada bagian tertentu saja, yang terpenting makna perulangan yang akan terdeskripsi di setiap masa/waktu/zaman akan sama.
Sebagai contoh, siapakah Dajjal yang di maksud dalam hadits Rasul? Maka jawabnya, bukankah telah di tulis tentang seorang penipu bernama Samiri yang pernah membuat umat Musa & HArun terpecah belah? Yang berarti menutupi kebenaran demi suatu Keuntungannya sendiri! Itulah orang2 yang berperangai seperti Samiri, pandai menghasut, pandai memfitnah tanpa tangannya harus bersimbah darah kecuali banyak orang terpedaya oleh ulahnya!
Sesungguhnya Al Qur’an sengaja tidak menerangkan detail pristiwa kemanakah Samiri dan siapa ia, karena itulah ujian umat agar “berhati-hati” terhadap seseorang yang sepandai Samiri untuk mempengaruhi umat hingga mereka memerangi satu dengan lainnya sehingga masing-masing menjadi lemah, dan siapakah yang paling di untungkan? Jelas… Samiri yang di untungkan!
Lalu mengapa Musa mengusir ia? Sementara umatnya yang sudah terpengaruh harus bersimbah darah saling membunuh? Pristiwa ini menjelaskan, ujilah manusia2 itu dengan seorang Samiri, maka Tuhanmu akan mengetahui mana di antara manusia itu yang mudah untuk di bodohi, mana yang tetap kuat berpegang pada tali kebenaran dan tetap sabar dan khusuk membaca kitab serta arif dalam mengambil “keputusan”.
Itulah arti gambaran pristiwa tersebut yang berulang kini pada dunia. Bukankah peperangan antara negara2 itu ada dalangnya? Dajjal (orang2 pandai membuat perselisihan)!
Mengapa mereka saling berselisih dan berperang padahal dulu mereka satu umat?
Tidakkah jelas Al Qur’an menjelaskan betapa perpecahan itu selalu di dalangi oleh orang2 pandai bersilat lidah seperti para pengacara dan politikus di mimbar2 berita? Dan di antara mereka adalah para penipu ulung yang mencari keuntungan dengan perpecahan? Bukankah di antara manusia di hasut oleh Media-Media Besar Televisi? Siapakah yang terhasut dan siapakah yang pandai menghasut dan memecah belah umat manusia? Siapakah Penipu & jelas-jelas kini banyak yang tak sadar telah tertipu oleh Media Massa!!!
Bukankah Penguasa2 Mass Media itu Dalangnya?! Bukankah Penguasa2 Pabrik Senjata Dalangnya?!
Bukankah Penguasa2 Brands2 Terkenal Dunia Dalangnya?!
Bukankah para Penguasa Minyak Gas Bumi & Bank Pengeruk Riba Dalangnya???
Dan Bukankah World Bank Pengatur Utamanya? Siapakah Rothchild Dan Rockefeller pemilik saham Bank DUnia serta Penguasa PBB tersebut? Bukankah mereka memiliki kemiripan keahlian dengan Samiri (Dajjal) melalui tokoh-tokoh anak didiknya seperti George W Bush & Adolf Hitler & penjajah Belanda & Jepang & Soeharto?
Bukankah banyak pemimpin2 DUnia tunduk pada keputusan World Bank? Dimanakah wahai umat Muhammad SAW yang cerdik Pandai bagai Khidr tersisa di muka bumi ini?
Dimana lagi masih ada pengajar2 ke arifan di antara umat manusia yang mengajar tentang khalam & ilmu dengan hati yang sabar dan thawakal?
Dimanakah masih tersisa walau sedikit saja orang yang berilmu dapat melihat kebenaran dari fakta sejarah & Ketetapan Al Qur’an yang selalu menjelaskan bahwa sejarah itu terjadinya “berulang ulang dan berulang lagi tapi manusia masih saja berselisih dan tidak paham padahal dahulunya mereka satu umat!!!!!” Mereka padahal hanya berawal dari Adam & HAwa, lalu terpecah-pecah ketika mereka berjumlah banyak lalu saling berselisih, lalu mereka lupa kepada “fitrah manusia itu di ciptakan Tuhan” hingga lupa mengapa mereka saling berselisih dan berperang???
Al Baqarah 213…. Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus…..
Sungguh dahsyatnya Ayat tersebut meramalkan masa depan manusia itu sendiri, hanyalah orang2 bodoh yang masih mencari-cari kebenaran lain selain darinya……

Sumber :
http://www.gituaja.com/dajjal-apa-dan-siapa-dia

Siapakah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani ??

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad. Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj. Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan. Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni.
Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, ” kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian
terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.” Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan
sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. 1) Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri ( orang Mesir ) 2)  mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar ( kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk beregang dengannya, sehingga aku meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas.3)  semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi4)  telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”5)   Imam Ibnu Rajab juga berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pendapat memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang
terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah .” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, ” Dia ( Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata ” Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil (menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsys.”6) Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, ” Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali ( kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, ” Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”7) Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.
Sam’ani berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.” Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, “Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan  atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ).
Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi “.
Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, ” Aku telah mendapatkan aqidah beliau  ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah.8)  Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.”9) Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.
Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan
derajat beliau di atas Rasulullah n, maka hal ini merupakan kekeliruan. Karena Rasulullah n adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun. Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meningal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah.
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya Disamping ( menyembah ) Allah. ( QS. Al-Jin : 18 )
Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah.
Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.
Wallahu a’lam bishshawab.
  1. Siyar A’lamin Nubala XX/442
  2. Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.
  3. Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.
  4. Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitan Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.
  5. Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.
  6. At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515.
  7. At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516.
  8. Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94.
  9. At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.
—————————————————————–
Majalah Assunnah Edisi 07/Tahun VI/1423H/2002M
—————————————————————–

Hari Ini

Mataku sering menangis setiap hari, hatiku semakin dipenuhi rasa sakit, Banyak hal yang ingin kusampaikan, Tapi selalu berhenti hanya karena kamu tidak pernah mau mengerti dan telah pergi jauh

Saturday 21 April 2012

Hari ini Kartini lagi lagi diperingati hari lahirnya, hanya persoalan isu persamaan grnder yang dia tebarkan pada saat itu yang kemudian menjadi pondasi untuk dianugrahinya dia sebagai pahlawan nasional, sementara banyak pejuang-pejuang wanita lainnya yang berjuang dengan segenap jiwa dan raganya tak pernah diperhitungkan untuk menjadi pahlawan nasional. sebut saja Emy saelan, Andi Depu & salawati daud, yang saya juga yakin bahwa pembaca akan asing dengan nama - nama ini. mereka berjuang demi bangsa, harkat dan martabat negara ini, tapi toh mereka seakan di lupakan. sekali pahlawan tetap pahlawan, pantan untuk di lupakan atau melupakan.